Tradisi Ceng Beng, yang juga dikenal sebagai Festival Qingming atau Hari Ziarah Makam, merupakan salah satu perayaan terpenting dalam kalender Tionghoa. Dirayakan pada tanggal 15 hari setelah Ekuinoks Musim Semi, yaitu sekitar tanggal 4 atau 5 April setiap tahunnya, Ceng Beng memiliki makna mendalam yang melampaui sekadar peringatan.
Inti dari tradisi Ceng Beng adalah penghormatan kepada para leluhur. Pada hari ini, keluarga Tionghoa akan berbondong-bondong mengunjungi makam nenek moyang mereka untuk membersihkan dan merawatnya. Kegiatan ini bukan hanya sekadar tugas fisik, tetapi juga merupakan bentuk ungkapan kasih sayang, rasa terima kasih, dan upaya untuk menjaga hubungan spiritual dengan mereka yang telah tiada.
Perayaan Ceng Beng melibatkan serangkaian ritual yang kaya akan simbolisme. Salah satu aktivitas utama adalah membersihkan area makam dari rumput liar, sampah, dan debu. Hal ini melambangkan pembersihan diri dari kesialan dan menyambut keberuntungan baru. Seringkali, batu nisan juga akan dilap, memberikan kesan yang rapi dan terawat.
Selanjutnya, keluarga akan mempersembahkan berbagai macam sesajen kepada leluhur. Sesajen ini bisa berupa makanan favorit almarhum semasa hidupnya, minuman, uang kertas sembahyang (joss paper), serta lilin dan dupa. Membakar uang kertas sembahyang merupakan simbol pengiriman kekayaan materi kepada leluhur di alam baka, agar mereka dapat hidup nyaman di sana. Aroma dupa yang menguar dipercaya sebagai jembatan komunikasi antara dunia orang hidup dan alam roh.
Selain itu, ada pula tradisi menempelkan kertas berwarna (biasanya berwarna putih atau kuning) di atas batu nisan. Ritual ini memiliki makna penting. Kertas tersebut ditempelkan dengan air atau tanah liat. Jika kertas tersebut tertinggal di tempatnya setelah tertiup angin, itu menandakan bahwa leluhur menerima penghormatan yang diberikan. Sebaliknya, jika kertas tersebut jatuh, itu bisa diartikan sebagai tanda ketidakpuasan.
Ceng Beng bukan hanya tentang ritual di makam. Bagi banyak keluarga, ini juga menjadi momen untuk berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat tali persaudaraan. Setelah melakukan ziarah dan ritual, seringkali keluarga akan duduk bersama di sekitar makam, menikmati hidangan yang dibawa, dan mengenang masa-masa indah bersama leluhur yang telah berpulang. Ini adalah kesempatan untuk berbagi kehangatan keluarga dan meneruskan kisah-kisah leluhur kepada generasi muda.
Meskipun berasal dari tradisi Tionghoa, makna dan esensi Ceng Beng telah meresap ke dalam berbagai komunitas Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di berbagai daerah di Indonesia dengan populasi Tionghoa yang signifikan, tradisi ini masih dijalankan dengan khidmat oleh banyak keluarga. Perbedaan mungkin terletak pada variasi sesajen atau ritual kecil yang disesuaikan dengan budaya lokal, namun tujuan utamanya tetap sama: menghormati leluhur.
Dalam konteks modern, Ceng Beng mengajarkan kita nilai-nilai penting seperti bakti, penghormatan terhadap orang tua, dan pentingnya menjaga hubungan dengan akar keluarga. Di tengah kesibukan hidup sehari-hari, tradisi ini mengingatkan kita untuk meluangkan waktu merenung, mengenang, dan menghargai mereka yang telah berjasa dalam membentuk kehidupan kita. Ceng Beng adalah pengingat bahwa hubungan dengan leluhur tidak terputus oleh kematian, melainkan terus hidup dalam ingatan, tradisi, dan doa.
Lebih dari sekadar ritual, Ceng Beng adalah refleksi dari pandangan hidup Tionghoa yang menekankan pentingnya keseimbangan antara dunia yang hidup dan dunia roh, serta penghormatan yang tak pernah padam kepada mereka yang telah mendahului. Ini adalah perayaan yang mengingatkan kita akan warisan yang kita bawa dan tanggung jawab kita untuk meneruskannya.
Tradisi ini juga mengajarkan pentingnya keberlanjutan. Generasi muda diajak untuk memahami dan berpartisipasi dalam ritual ini, memastikan bahwa penghormatan kepada leluhur terus dijaga dari generasi ke generasi. Melalui Ceng Beng, nilai-nilai keluarga, sejarah, dan spiritualitas ditransmisikan, menjaga agar akar budaya tetap kuat.
Secara keseluruhan, Ceng Beng adalah perayaan yang kaya makna, menggabungkan spiritualitas, penghormatan keluarga, dan penguatan ikatan sosial. Ini adalah momen untuk merawat kenangan, menjaga tradisi, dan menghormati warisan leluhur.