ERAU

Tradisi Erau: Jantung Budaya Kutai Kertanegara

Di ujung timur Pulau Kalimantan, tersimpan kekayaan budaya yang memukau, salah satunya adalah Tradisi Erau. Merupakan sebuah upacara adat kesultanan Kutai Kartanegara yang telah berlangsung berabad-abad, Erau bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah narasi hidup yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan masyarakat Kutai. Tradisi ini lebih dari sekadar tarian dan nyanyian; ia adalah potret sejarah, spiritualitas, dan identitas sebuah kerajaan yang pernah berjaya.

Secara harfiah, "Erau" dalam bahasa Kutai berarti pesta atau perayaan. Namun, makna filosofisnya jauh lebih dalam. Erau adalah sebuah ritual penyucian diri dan lingkungan yang dilakukan oleh Sultan dan seluruh masyarakatnya. Tujuan utamanya adalah untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan dari Sang Pencipta, sekaligus membersihkan segala marabahaya dan musibah yang mungkin menimpa kerajaan.

Inti Pelaksanaan Tradisi Erau

Pelaksanaan Tradisi Erau berpusat pada beberapa rangkaian upacara adat yang sangat sakral. Salah satu yang paling penting adalah "Belimau". Prosesi ini merupakan ritual penyucian diri, baik secara fisik maupun spiritual, menggunakan air yang telah dicampur dengan jeruk nipis dan bunga-bungaan. Air belimau dipercaya dapat membersihkan segala kotoran lahir dan batin, mempersiapkan diri menyambut kebahagiaan dan keberkahan.

Puncak dari segala ritual dalam Erau adalah prosesi "Merubuh" dan "Makan Djala". Merubuh adalah upacara untuk mengenang dan menghormati leluhur serta para pahlawan yang telah membela kerajaan. Sementara itu, Makan Djala adalah pesta rakyat di mana seluruh elemen masyarakat, mulai dari kerabat kesultanan hingga rakyat jelata, bersama-sama menikmati hidangan yang telah disediakan. Momen ini menegaskan kembali rasa persatuan dan kesatuan, menghapus perbedaan, dan merayakan kebersamaan.

Selain itu, Erau juga dihiasi dengan berbagai pertunjukan seni budaya yang kaya. Tarian-tarian sakral seperti Tarian Ganjur, Tarian Enggang, dan Tarian Jepen memukau para penonton dengan keanggunan dan maknanya yang mendalam. Musik tradisional Kutai yang khas juga mengiringi setiap rangkaian acara, menciptakan suasana magis dan khidmat.

Simbolisme dan Makna Mendalam

Setiap elemen dalam Tradisi Erau memiliki simbolisme tersendiri. Misalnya, penggunaan air yang dicampur bunga-bungaan dalam Belimau melambangkan kesucian dan keindahan. Gerakan tarian yang ritmis dan penuh makna mencerminkan harmoni alam dan kehidupan. Bahkan, makanan yang disajikan dalam Makan Djala pun memiliki filosofi tersendiri, melambangkan kelimpahan rezeki dan rasa syukur.

Tradisi Erau juga menjadi ajang penting untuk pelestarian benda-benda pusaka kesultanan. Keris, tombak, pedang, serta berbagai atribut kebesaran lainnya dikeluarkan dan diperlihatkan kepada masyarakat. Benda-benda pusaka ini bukan hanya sebagai bukti kejayaan masa lalu, tetapi juga sebagai simbol kedaulatan dan legitimasi kekuasaan Sultan. Di Erau, mereka diperlakukan dengan penuh hormat dan dijaga kelestariannya.

Erau di Era Modern

Meskipun telah berlangsung selama berabad-abad dan melewati berbagai perubahan zaman, Tradisi Erau tetap mampu bertahan dan relevan. Pemerintah daerah dan masyarakat Kutai Kertanegara berkomitmen untuk melestarikan tradisi adi luhung ini. Kini, Erau tidak hanya menjadi upacara adat bagi keluarga kesultanan, tetapi juga telah berkembang menjadi festival budaya yang mendunia, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Festival Erau yang diselenggarakan secara rutin di Tenggarong, ibukota Kutai Kartanegara, telah menjadi magnet pariwisata. Selain menampilkan upacara adat inti, festival ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan lain seperti pameran kerajinan, kuliner khas, lomba olahraga tradisional, hingga konser musik. Hal ini menunjukkan bahwa Erau mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan esensi dan nilai-nilai luhurnya.

Kehadiran Tradisi Erau di era modern ini menjadi bukti kekuatan budaya dalam mempertahankan identitas. Ia mengajarkan kepada generasi muda tentang pentingnya menghargai sejarah, menjaga nilai-nilai luhur leluhur, dan melestarikan warisan budaya bangsa. Erau adalah cerminan kebesaran Kutai Kartanegara yang terus hidup, memberikan inspirasi, dan menjadi perekat kebersamaan.

Setiap kali Erau diselenggarakan, nuansa magis dan keagungan terpancar kuat. Ia menjadi pengingat bahwa di tengah geliat modernitas, akar budaya tak boleh dilupakan. Tradisi Erau adalah harta yang tak ternilai, permata budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan untuk generasi yang akan datang.

🏠 Homepage