Kalimantan Selatan, tanah air suku Banjar, kaya akan tradisi adat yang telah diwariskan turun-temurun. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual atau upacara, melainkan cerminan dari nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan identitas kuat masyarakat Banjar. Keberagaman tradisi ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari kelahiran, pernikahan, kematian, hingga perayaan keagamaan dan kehidupan sosial. Memahami dan melestarikan tradisi adat Banjar menjadi penting agar kekayaan budaya ini tidak tergerus oleh modernisasi.
Salah satu kekhasan tradisi adat Banjar terletak pada penekanannya terhadap nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong. Hampir setiap upacara adat melibatkan partisipasi aktif dari seluruh anggota keluarga besar maupun masyarakat sekitar. Hal ini menciptakan ikatan sosial yang kuat dan rasa kebersamaan yang mendalam. Selain itu, banyak tradisi adat Banjar yang memiliki sentuhan Islami yang kental, mengingat mayoritas masyarakat Banjar beragama Islam. Perpaduan antara tradisi lokal dan nilai-nilai agama menciptakan sebuah harmoni budaya yang unik dan bermakna.
Dimulai dari prosesi kelahiran, suku Banjar memiliki berbagai upacara yang sarat makna. Salah satunya adalah upacara "Badudus" atau mandi selamat, yang biasanya dilakukan untuk bayi yang baru lahir. Upacara ini bertujuan membersihkan bayi secara lahir batin dan memohon perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Prosesi ini seringkali disertai dengan pembacaan doa-doa serta pemberian nasihat kepada orang tua bayi.
Tradisi lain yang tak kalah penting adalah "Manyipuk", yaitu upacara memberikan nama kepada bayi. Pemberian nama dilakukan dengan penuh pertimbangan, seringkali memilih nama yang memiliki makna baik atau harapan masa depan bagi sang anak. Dalam beberapa keluarga, tradisi ini juga melibatkan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan doa bersama untuk keberkahan sang bayi.
Prosesi pernikahan adat Banjar adalah salah satu yang paling meriah dan kaya akan ritual. Mulai dari tahap lamaran, pertunangan, hingga resepsi pernikahan, setiap langkah diiringi dengan adat istiadat. Salah satu yang paling ikonik adalah upacara "Balian", di mana kedua mempelai akan didudukkan di pelaminan adat dengan berbagai sesajen dan perlengkapan simbolis.
Busana pengantin adat Banjar juga memiliki keunikan tersendiri. Pengantin pria biasanya mengenakan jas tutup, kain sarung, dan penutup kepala (laung), sementara pengantin wanita mengenakan busana tradisional yang kaya akan bordir dan aksesori seperti mahkota serta kalung. Upacara sungkeman, di mana kedua mempelai bersujud di hadapan orang tua, menjadi momen sakral untuk memohon restu dan doa. Tarian adat seperti Tari Japin juga seringkali ditampilkan untuk memeriahkan suasana.
Dalam tradisi adat Banjar, upacara kematian juga dilakukan dengan penuh penghormatan dan penghayatan. Prosesi pemandian jenazah, pengafanan, hingga penguburan dilakukan sesuai dengan ajaran agama Islam dan diiringi dengan pembacaan tahlil dan doa. Keluarga yang berduka akan mengikuti serangkaian ritual yang bertujuan untuk mendoakan almarhum/almarhumah agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan.
Setelah prosesi pemakaman, biasanya akan dilanjutkan dengan acara tahlilan selama beberapa hari, sebagai bentuk penghormatan dan doa berkelanjutan bagi arwah. Tradisi ini mencerminkan nilai penghormatan terhadap orang tua dan leluhur yang sangat kuat dalam masyarakat Banjar.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, menjaga kelestarian tradisi adat Banjar menjadi sebuah tantangan sekaligus tanggung jawab. Banyak generasi muda yang mulai kurang memahami atau bahkan tidak lagi tertarik pada tradisi leluhur mereka. Namun, bukan berarti tradisi ini akan punah. Upaya pelestarian dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti:
Tradisi adat Banjar adalah permata berharga yang mencerminkan kearifan dan kekayaan budaya Nusantara. Dengan menjaga dan melestarikannya, kita turut berkontribusi dalam menjaga identitas bangsa dan mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi mendatang. Keindahan dan kedalaman makna dari setiap upacara adat Banjar patut untuk terus digali, dipahami, dan dirayakan.